Sebelum mengetahui konsep fractional share, ada baiknya kita ulas sebentar apa itu saham. Pada dasarnya saham adalah kepemilikan. Ketika sebuah perusahaan menjadi publik dan mendaftarkan dirinya di bursa efek maka mereka menjual kepemilikan perusahaan tersebut yang disimbolisasikan dalam bentuk “lembar saham”.
Meskipun satuannya per lembar namun seorang investor harus membeli minimal 100 lembar saham atau yang dikenal dengan istilah 1 lot dalam setiap transaksi. Hal tersebut tentu saja membuat harga saham yang terlihat murah jadi lebih mahal. Bayangkan kalau Anda pergi ke restoran dengan niat beli 1 porsi nasi goreng tapi pelayannya bilang minimal beli 100 porsi. 😉
Walaupun belanja saham sudah dimudahkan dengan adanya broker berbasis online seperti Indopremier atau Stockbit namun harga tetap menjadi kendala. Kemampuan orang berbeda-beda. Cara lebih mudah untuk berhemat tentu saja mencari saham yang nilainya masih murah dengan harapan akan naik valuenya di masa yang akan datang. Tapi pada kenyataannya tidak semua orang punya waktu dan keterampilan untuk mengulik laporan tahunan perusahaan. Banyak juga yang ingin berinvestasi ke perusahaan-perusahaan blue chip yang mereka familiar saja seperti Unilever atau Telkomsel misalnya. Tapi berhubung harga 1 lot-nya yang mahal, niat berinvestasi jadi diurungkan (saat saya menulis harga saham ULVR adalah Rp. 4,808 artinya untuk Anda memiliki saham Unilever paling tidak harus menyiapkan Rp. 4,1 juta).
Sungguh disayangkan ya, padahal makin banyak orang yang berinvestasi di pasar saham tentunya makin baik untuk ekonomi kan? disini lah fractional share atau saham pecahan
itu jadi alternatif yang menarik.
Mengapa saham pecahan itu menarik?
Dalam fractional share atau saham pecahan kita sebagai investor tidak diwajibkan untuk membeli 1 lot, atau bahkan 1 lembar saham! Dengan satuan yang lebih kecil saham mahal jadi terkesan lebih “murah” yang berarti semakin banyak orang yang bisa beli saham tersebut. Ambil contoh Unilever tadi, kalau saat ini Anda baru saja ingin nyemplung ke dunia saham namun hanya memiliki uang Rp 2,000 saja. Dengan saham pecahan alih-alih membeli selembar Anda bisa membeli 0,42 lembar saham saja. Saking fleksiblenya lembar saham pun sudah tidak harus kelipatan 1 lagi namun bisa menyesuikan ke budget Anda. Kalau saat ini Anda punya Rp.10,000 berarti Anda bisa membeli 2,07 lembar saham ULVR (ini dengan asumsi tidak ada fee ya, but you get the point).
Teknisnya bagaimana sih? kok bisa broker menyediakan saham pecahan? ada 2 cara. Cara pertama adalah membulatkan ke atas untuk pembelian saham yang tidak kelipatan 1 tersebut. Contohnya, ketika Anda meminta broker A untuk membelikan 0,42 lembar saham ULVR sebenernya broker tersebut membelikan 1 lembar (atau bahkan 1 lot) untuk Anda. Lalu kemana sisa 0,68-nya? ya dijual ke orang lain yang juga ingin membeli sesuai kemampuan mereka. Di cara ini pihak broker lah yang harus mampu keep track kepemilikan serta value dari masing-masing saham pecahan ini.
Cara lainnya adalah mengumpulkan permintaan pembelian. Cara ini risikonya lebih rendah, karena broker hanya membeli ketika dia tahu memang ada demand-nya. Broker akan menunggu hingga permintaan dari klien mendekati 1 lot sebelum melakukan instruksi beli. Kalau masih ada sisa tentunya bisa dijual lagi.
Saham pecahan tidak sama ya dengan stock split. Dimana stock split adalah pemecahan jumlah lembar saham menjadi lebih banyak dengan menggunakan nominal yang lebih rendah per lembarnya tapi secara proporsional. Jadi ketika sebuah perusahaan memutuskan stock split 1:5, kalau ada punya selembar saham sekarang jadi punya 5. Apabila harganya per lembar Rp.10,000 sekarang dipecah 5 menjadi Rp. 2,000/lembar.
Semua bisa punya saham
Menurut data dari Robinhood, broker online di AS, 60% rumah tangga di Amerika sudah memiliki saham di dalam portfolio investasi mereka, sedangkan di India baru 1%. Bagaimana di Indonesia? menurut pencatatan terakhir ada sekitar 1,6 juta orang yang terdaftar sebagai investor di BEI, less than 1%!
Meskipun tahun 2018 silam ada rekor pendaftaran investor baru sebanyak 500 ribu orang dengan lesunya ekonomi global karena pandemi bukan tidak mungkin kalau angka ini tidak akan mengalami kenaikan tahun ini. Dengan bergesernya prioritas seseorang maka disposable income yang dimilikinya akan dialihkan untuk hal lain yang lebih menarik di saat seperti ini, asuransi atau dana darurat salah duanya.
Disinilah premis saham pecahan menjadi sebuah solusi yang menarik. Dengan ticket size yang lebih terjangkau tentunya akses berinvestasi jadi lebih terbuka lebar untuk semua kalangan masyarakat. Broker yang menawarkan saham pecahan bisa mengambil untung dengan menggaet investor-investor baru yang belum pernah berinvestasi sebelumnya sehingga aktivitas tradingnya akan meningkat.
Bayangkan kalau seharga es kopi susu Anda bisa punya saham perusahaan seperti Telkomsel atau Gudang Garam? tidak ada alasan lagi untuk tidak berinvestasi bukan? sejauh ini saya sendiri belum menemukan broker lokal yang menawarkan saham pecahan. Mungkin landasan hukumnya yang belum jelas atau belum ada broker yang mau mengambil risiko menjual produk tersebut. Padahal dengan jumlah investor yang masih sangat amat kecil potensi investasi di Indonesia sebenarnya besar sekali dan saham pecahan bisa jadi strategi yang baik untuk meningkatkan inklusivitas.
Leave a Reply